Langsung ke konten utama

Pandemi dan Erupsi, Masyarakat Cimbang Beralih ke Budi Daya Cacing Tanah

Pandemi dan Erupsi, Masyarakat Cimbang Beralih ke Budi Daya Cacing Tanah
Pandemi Covid-19 saat ini sangat berdampak pada perekonomian masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan. Bahkan, banyak masyarakat yang tidak lagi bekerja. Seperti dirasakan masyarakat di Desa Cimbang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara yang mayoritas masyarakatnya sebagai petani. Tidak hanya karena Covid-19, beberapa waktu lalu Gunung Sinabung yang erupsi membuat ladang mereka yang berada di bawah kaki Gunung Sinabung tertutup abu vulkanik sehingga banyak tanaman masyarakat rusak dan banyak masyarakat yang tidak bekerja. 



Untuk membuat masyarakat di Desa Cimbang tetap bekerja dan berpenghasilan, seorang pengusaha Kopi Cimbang Sinabung yang juga Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Karo saya Imam Syukri Syah Tarigan mengajak masyarakat untuk membudidayakan cacing tanah jenis lumbricus rubellus. "Saat ini, persaingan dunia usaha dan dunia kerja semakin ketat. Sehingga dibutuhkan individu-individu yang mandiri, kreatif, inovatif dan berani untuk memulai membuka lapangan kerja baru yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat di pedesaan. 

Apalagi di tengah pandemi Covid-19 saat ini," kata Imam, Ahad, 11 Oktober 2020. "Ini saya lakukan karena semua warga di Desa Cimbang tidak bisa melakukan aktivitas akibat Covid-19 dan disusul erupsi Sinabung. Ketika erupsi dan dirumahkan akibat Covid-19 kami tidak ada aktivitas dan bahkan kami tidak ada penghasilan untuk makan setiap harinya. Makanya saya mengambil kesimpulan untuk budi daya cacing agar supaya setiap warga Desa Cimbang ada kesibukan dan aktivitas di rumah supaya tidak stres," saya menerapkan tentang budi daya cacing tanah ini mulai dilakukannya sejak Agustus 2020 lalu. 

Dengan lahan yang tidak terlalu luas dan modalnya juga yang tidak terlalu banyak, saya mulai mengembangbiakkan cacing tersebut. "Saat ini prospek usaha pengembangbiakan cacing tanah sudah mulai digandrungi dan bisa menjadi usaha alternatif membuka lapangan kerja baru,"  jenis cacing ini mempunyai siklus pertumbuhan yang lebih cepat dibanding jenis cacing lainnya. Jenis cacing ini tergolong mudah pemeliharaan dan perawatannya, karena bisa dikembangkan di media tanah yang dicampur dengan limbah organik atau kotoran sapi/lembu. 

Selain itu, jenis cacing ini juga banyak manfaatnya. "Cost di cacing tidak terlalu besar dan sangat mudah untuk diterapkan pada para petani dan manfaat cacing ini untuk obat-obatan, pakan ternak, dan juga bahan dasar kosmetik,"  bahwa saat ini, kami telah memasarkan cacing tanah yang kami budi dayakan udah sampai keluar daerah Sumatera Utara. "Pada Sabtu, 10 Oktober 2020 kemarin kita sudah mengirim 500 kg ke Bandung dan Pati.Jawa Tengah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara proses kopi

Selain metode dalam menyeduh kopi/meracik (Barista) ada elemen penting yang perlu kamu ketahui adalah Proses pascapanen kopi.  Kopi Layak panen Sebelum menjadi biji kopi yang siap digiling untuk diseduh,biji kopi tersebut dipetik oleh petani ketika masih berbentuk buah ( charry ) Buah tersebut kemudian dikupas ( Pulper ) dan diproses dalam berbagai macam cara proses yaitu ada semi washed,full washed,honey processed,natural processed juga bisa di proses Wine.  Namun di Sumatra Utara juga ada satu metode buatan petani Langsung yang di sebut  yang hingga kini populer yaitu metode wet hulled, semi washed atau biasa dikenal dengan gilingan basah. Proses tersebut selalu digunakan oleh petani kopi di Indonesia, karna proses pengolahannya condong  lebih cepat dari proses olahan lainnya.  Meskipun memiliki rasa yang lebih khas bukan berarti metode ini dibuat untuk mencari suatu karakter tertentu. metode ini berkembang karna hanya membutuh...

Wine Coffee Cimbang

 Wine coffee hanya sebuah penamaan yang sangat familiar di kalangan orang atas, wine berarti anggur sedang kan di dalam botol ini tidak ada sedikit pun saya campuri bahan baku dari anggur dan ini murni 100% kopi di panen dan di proses sendiri tahap demi tahap saya lakukan. Mulai petik merah ( Red cherry) , penyucian ( Cherry coffee) pembekapan ( Red cherry), pengpasan dengan Pulper, (giling basah) lalu penjemuran di atas para-para tidak bisa terkena terik matahari langsung, Memakan waktu yang cukup lama untuk menunggu kering kopi sampai di kadar air 12-13% lalu bisa digiling dengan mesin yang saya sebut Dry Hulling .. Setelah itu saya memilih biji kopi yang biasa kami sebut green beans, dipitahnya sampai bersih-bersih tdk ada kotor, direct, cacat pada kopi, pecah, kuku kambing ( pecah dua pada ujung biji kopi), jamur, bercak, alhasil bisa mendapatkan biji kopi yang berkualitas dan bisa menghasilkan cita rasa sesuai yang d i harapkan seperti rasa wine ( Anggur) dan minuman saya ini...