BERKAH DI BALIK LETUSAN SINABUNG
Petani kopi di lingkar Gunung Sinabung baru
beberapa tahun terakhir bisa merasakan nikmatnya kopi sendiri. Mereka kini
belajar merawat kopi dan mengolahnya selayaknya ”barista” di kota-kota. Ini
berkat adanya program pendampingan ekonomi yang di selenggarakan oleh BNPB yang
turut membantu petani bangkit dari keterpurukanakibat letusan Gunung Sinabung.
Tak kurang dari 31 petani kopi di lingkar Gunung
Sinabung NGUMPUL diskusi di Desa CIMBANG Kecamatan Payung. Desa KAMI sekitar 8 kilometer arah utara dari Sinabung.
Hasil
olahan green beans cimbang
Kopi Cimbang yang
diseduh dengan cara V60 atau dengan metode metode lainnya disajikan dalam ketel
kaca leher angsa, dituang ke gelas-gelas mungil, itu pahit ringan dengan aksen
manis di ujungnya. Itu khasnya kopi Cimbang. ”Sekarang kalau ngopi sudah serasa di kafe,
Cara barista kami
menyeduh kopi dan menyajikannya tidak kalah gaya dengan para barista di kafe. ada beberapa anak muda petani kopi di desa cimbang yang
juga mahir menyeduh kopi, untuk bertujuan meng idukasi pada para petani di setiap Desa. Agar supaya para petani juga bisa
menikmati hasil panennya sendiri. Saya tidak mau kejadian saya berulang pada
para petani saat ini, dulu pada saat saya pertama kali memproses kopi cimbang
saya belum tau apa itu citarasa dan bahkan nama nama prosesnya pun tidak tau,
alhasil saya kirimkan kopi ke luar kota dan mereka bilang kopi cimbang itu tidak
enak dan tidak mempunyai rasa sama sekali . pada saat saya mendengar ucapan
seprti itu langsung saya konsultasi pada temen saya nama pak OCTA VIANUS ZABUA
beliau tinggal di daerah gapertah medan.
Ahirnya di tes CUPPING
sama beliau rasa nya mantap dan mempunyai aroma yang kuat dan rasa buah yang
segar juga mempunyai ciri khas tersendiri.
Dalam dua tahun terakhir
ini para petani kopi di lingkaran Gunung Sinabung seolah mendapatkan kesadaran
baru. Betapa kopinya begitu berharga. Juga betapa nikmat kopi nya di olah
sendiri . ”Dulu masyarakat tahunya kopi tubruk campur gula, itu pun beli di
warung. Sekarang setelah saya beserta
team memberitahukan bagaimana caranya menyeduh kopi, cara memproses kopi,
megolah serta membudidayakan kopi. Kini baru
tau rasa nikmatnya kopi sendiri:
Para petani di lingkar
Gunung Sinabung yang terdiri atas 14 desa di empat kecamatan Binaan BNPB dan
FAO yakni diantaranya :
1.
Desa : Cimbang
2.
Desa : Ujung Payung
3.
Desa : Beganding
4.
Desa : Kebayaken
5.
Desa : kuta gugung
6.
Desa : kuta rayat
7.
Desa : kutambelin
8.
Desa : Gung pinto
9.
Desa : Naman teran
10.
Desa : Sukandebi
11.
Desa : Batu karang
12.
Desa : Suka tendel
13.
Desa : Perbaji
14.
Desa : Selandi
Perlahan Lahan kami bangkit dengan memperbanyak tanaman kopi. Itu
setelah tanaman lain, seperti sayuran dan jeruk, limbung ketika Gunung Sinabung
meletus. Hanya tanaman kopi yang dapat terbukti
kuat menahan gempuran erupsi yang berlangsung sejak beberapa tahun lalu itu.
Dulu, kami para petani memperlakukan kopi sebagai
tanaman pagar yang tak begitu dihiraukan. Jangankan dipupuk atau dipangkas biar
berdaun lebat. Kopi cenderung ditelantarkan. Meskipun begitu, kopi tetap
berbuah karena tanah Karo mempunyai tanah yang sangat subur.
Dulu, petani memperlakukan kopi
sebagai tanaman pagar yang tak begitu dihiraukan.
Bagi kami petani dulu kalau kopi berbuah, ya, untung, kalau tidak
pun, petani tak pernah sedih. Mereka menyebutnya tanaman tuah dibata, hadiah Tuhan. Kalau kopi
berbuah, berarti Tuhan tengah memberi hadiah. Ada juga yang menyebutnya singgalar utang alias pembayar utang
karena kopi baru dipanen ketika petani tercekik utang.
Itulah pola pikir yang dulu.
Sekarang kopi kami rawat betul-betul karena tinggal hanya tanaman kopi yang
bisa diandalkan, untuk kehidupan kami dan anak cucu kami kelak..
Memanjakan kopi
Merawat kopi selayaknya
merawat anak bayi baru lahir, kita harus memperhatikan dari biji merah untuk di
buat bibit, cara menyemainya, cara buat lobang tanamnya, ukuran jarak tanamnya,
cara memangkasnya, bahkan cara memetiknya serta cara memproses nya dan jug acara
seduhnya semuanya di perhatikan dan terus kita terapkan pada para petani
tujuannya agar supaya para petani kopi tidak di bodohi lagi oleh para KAPITALIS
yang tidak bertanggung jawab dan Kini dengan
kesadaran para petani para pelaku
kopi di tanah KARO. Tidak kesulitan lagi
untuk mencari bahan baku baik mulai dari Cherry, Gabah, Gren bean , dan bahkan
hasilnya lebih memuaskan.
kopi-kopi itu bisa
dinikmati dengan cita rasa sempurna. Oleh karena itu, saya mengajak serta mendidik
petani agar memperlakukan kopi secara benar. ”Saya mengajari cara petik merah,
cuci biji dengan benar. Dulu, petani mencuci kopi dengan detergen. Petiknya pun
digenggam dan ditarik sehingga yang masih hijau ikut terpetik,bahkan bunga
serta pentilnya pun juga ikut rusak dan akhirnya bisa mengurangi produksi
berikutnya.
Petani mengumpulkan buah kopi untuk dikupas di
Desa Cimbang Kecamatan Payung Kabupaten
Karo, Sumatera Utara,) Perubahan iklim menyebabkan musim panen kopi bergeser sehingga
berdampak pada merosotnya hasil panen kopi dihampir seluruh wilayah di Sumatera
Utara kabupaten karo pada khususnya.
Petik
merah berarti hanya memetik biji kopi tua, yang kami sebut mutiara merah. Tentu cara itu tidak
mudah. Banyak petani, yang jauh lebih tua, tersinggung. Namun,saya tak patah
arang. Saya hanya mau membeli biji kopi dari petani yang mengikuti cara kami
sesuai SOP dengan harga lebih tinggi.
Petik merah berarti hanya memetik
biji kopi tua, yang saya sebut mutiara merah.
Seiring
waktu, jumlah kafe bertambah hingga 60 kafe di Berastagi dan Kabanjahe, seperti
Kafe Juma, Jabu, Deep Art, dan Sapo Kahoowa. Pertumbuhan ini sebangun dengan
gelombang kopi sebagai gaya hidup. Mereka berada pada momentum yang pas ketika
anak muda merasa minder jika tidak mengenal kopi. Para pengunjung kafe adalah anak-anak muda tadi yang juga gila
media sosial. Dari situlah harum kopi Cimbang tercium sampai jauh, sampai
Jerman dan Belanda
Para
pelaku kafe ini mempunyai tekad yang sama, memajukan kopi Daerah karo. ikut
mendidik petani menanam, memetik, hingga memperlakukan kopi pascapanen dengan
benar.
kami
bersedia membeli gabah kopi Rp 2.000 lebih mahal dibandingkan dengan tengkulak
lain. Ini efektif mengerek harga kopi dan menyejahterakan petani. Jika empat
tahun lalu harga gabah kopi hanya Rp 12.000 / Kg gabah kini Rp 31.000 per
kilogram.
Para
pelaku kafe sendiri masih terus belajar mengembangkan usaha. Gayung bersambut,
beberapa organisasi bersedia membantu mereka. Sebutlah Badan Nasional
Penanggulangan Bencana yang membantu pelatihan serta Komunitas Alumni ITB
Bergerak yang menyalurkan dana hingga Rp 500 juta untuk membantu pengungsi
Sinabung. Salah satu programnya adalah membawa delapan pelaku kopi di Karo
untuk belajar penanganan kopi pascapanen di Ciwidey, Bandung. ”Kami ingin
petani kopi karo mandiri dan bangkit meski Sinabung terus erupsi,
Dari
beragam latihan kami, pelaku kopi dapat membangun jaringan. misalnya, dalam
sebulan mampu mendistribusikan kopi sampai 5 ton. Itu dia kirim ke Jepang, Malaysia,
Singapura
Para
petani sangat terbantu dengan kehadiran organisasi. Mereka merasa mendapat
kepastian penyaluran kopi dengan harga lebih menjanjikan. Untuk itu, mereka
beramai-ramai memperluas lahan buat menanam kopi dan merawatnya lebih serius.
Pada tahun 2012, jumlah lahan kopi di empat kecamatan di lingkar Sinabung yang
semula hanya 1.743 hektar sekarang jadi 2.012 hektar kopi. Hasilnya 1.322 ton
pada 2016. 2.200 Th 2017
Lahan
dempolot kelompok petani Desa Naman, juga mulai serius dengan tanaman kopi
setelah melihat desa cimbang serta desa lain yang membudidaya kopi berhasil dan
sejahtera karena kopi. Dia meninggalkan tanaman muda, seperti sayuran dan
jeruk, karena habis diterpa erupsi. Dia memiliki lahan 1 hektar yang semuanya
ditanami kopi.
Para
petani tak ingin hanya bisa menanam kopi yang mereka sebut sebagai mutiara
merah. Mereka juga ingin bisa mengolahnya menjadi minuman. Beberapa petani
sudah mulai mahir mengolah biji kopi menjadi bean honey, natural, ataupun wash dengan
kandungan air tinggal 11 persen sampai 12 persen. Bahkan sampai membuat kemasan
sendiri dengan menjual bubuk kopi dengan brand KOPI CIMBANG SINABUNG
Komentar
Posting Komentar